Entri Populer

Minggu, 22 Mei 2011

MODEL PEMBELAJARAN 2

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
• untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
• kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
• jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
• penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
• Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
• Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
• Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :
Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas
Yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:
1. pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.
2. Pilih materi yang sesuai untuk model ini
3. mempersiapkan kelompok yang heterogen
4. menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa
5. merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.
Beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif dan perbandingannya:
Pendekatan
Unsur STAD Jigsaw Kelompok Penyelidikan Pendekatan Struktur
Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan Sosial Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan sosial
Struktur Kelompok Kelompok heterogen dengan 4-5 orang Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli Kelompok homogen dengan 5-6 orang Kelompok heterogen dengan 4-6 orang
Pemilihan topik Oleh guru Oleh guru Oleh siswa Oleh guru
Tugas utama Menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi Mempelajari materi dalam kelompok ahli dan membantu kelompok asal mempelajari materi menyelesaikan inkuiri kompleks Mengerjakan tugas yang diberikan baik social maupun kognitif
Penilaian Tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis Menyelesaikan proyek dan menulis laporan. Bervariasi




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komputer (ICT) telah berkembang dengan pesat dalam semua aspek kehidupan kita. Tidak terkecuali terhadap MAN Sidoarjo. Pembelajaran yang menggunakan media berbasis komputer (ICT) merupakan terobosan yang baru di MAN Sidoarjo yaitu dimulai tahun 2004 yang lalu. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan seperangkat komputer atau laptop, LCD, dan perangkat audio. Arah inovasi ini adalah agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif.
Dalam implementasinya, inovasi ini memang diterima dengan serta-merta sebagai keniscayaan perubahan. Namun demikian, tidak semua guru dapat mengadopsi inovasi ini. Masih banyak di antara guru, khususnya guru senior kurang akrab dengan komputer. Para guru tersebut tetap menggunakan pendekatan konvensional atau telah menggunakan pendekatan pembelajaran yang baru tanpa menggunakan media presentasi pembelajaran berbasis ICT. Sementara itu beberapa guru yunior memang mau menerima inovasi tersebut dan menerapkannya dalam pembelajaran, meskipun media presentasi pembelajarannya bukan hasil karya sendiri melainkan membeli paket-paket yang sudah terjual bebas..
Demikian pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan berhasil, beberapa guru menggunakan media presentasi pembelajaran dengan cara membeli dan menggunakannya secara langsung. Misalnya media pembelajaran pembacaan puisi, drama, atau film.
Dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terdapat beberapa topik pembahasan pembelajaran menggunakan wacana rekaman televisi, Namun demikian penggunaan media pembelajaran yang berhubungan dengan topik ini mengalami kendala. Kendalanya antara lain :
a. Media pembelajaran yang berasal dari televisi khususnya berita belum pernah ada, dan belum pernah dibuat apalagi dijual bebas; padahal topik tersebut beberapa kali muncul dalam silabus KTSP 2006 bahasa Indonesia SMA / MA.
b. Pembuatan media pembelajaran ini membutuhkan kemampuan yang kompleks dan relatif tinggi, khususnya bidang software & hardware komputer, yaitu desain grafis, pembuatan animasi, editing gambar dan suara.
c. Pembuatan media pembelajaran harus memiliki langkah-langkah dan prosedur tertentu sehingga cukup layak dianggap sebagai media pembelajaran.
d. Bila disampaikan hanya dengan metode pemberian tugas, siswa dan guru kesulitan menemukan stasiun televisi mana yang akan menyampaikan topik tertentu, pada hari apa dan jam berapa, karena banyak stasiun televisi.
e. Siswa sering tidak melaporkan tugas tersebut. Guru juga seringkali terlewatkan acara televisi tersebut. Pembahasan menjadi tidak efektif karena melebar dan seringkali antara guru dan siswa tidak memiliki referensi yang sama akibat selanjutnya memiliki pemahaman yang berbeda.
f. Penyampaian dengan metode ceramah, pembelajaran menjadi ’teacher centered’ siswa hanya medengarkan saja dan berakibat tidak menarik perhatian siswa dan membosankan.
g. Saat evaluasi performansi siswa, topik menjadi melebar karena pemahaman atas referensi yang berbeda. (Hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas X-1 dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia.)
Pada 8-14 November 2006 lalu, MAN Sidoarjo yang diwakili oleh peneliti sendiri telah memenangi .Medali Perak (Silver Prize) untuk kategori Lomba Pembuatan Media Presentasi Pembelajaran (MPP) yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional bersama Departemen Agama.
Berbekal pengalaman pembuatan media pembelajaran itulah, peneliti merasa sangat perlu membuat media pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya topik rekaman televisi ini. Lebih lanjut, bila media pembelajaran ini dianggap memiliki kelayakan dapat disebarkan pada para guru bahasa Indonesia lain yang membutuhkannya. Demikian langka dan urgennya bagi pembelajaran, maka media pembelajaran ini segara harus dibuat.
Akhirnya, peneliti membuat Media Presentasi Pembelajaran “Sidoarjo Menangis“ (untuk selanjutnya istilah ini disingkat MPP “SM“). MPP “SM“ ini memuat rekaman berita televisi yang berhubungan dengan bencana yang berada di konteks sosial peneliti, yaitu bencana lumpur panas Lapindo Brantas. Sengaja peneliti mengambil objek ini karena bencana ini telah menjadi wacana nasional yang diperkirakan akan berlangsung hingga 30 tahunan ke depan.
Problematikanya, apakah Media Presentasi Pembelajaran (MPP) “Sidoarjo Menangis“ ini apakah dapat diterima oleh para siswa dan guru, dapatkah meningkatkan perhatian dan minat mereka dalam belajar, serta mampukah meningkatkan prestasi pembelajarannya.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan judul penelitian :“Penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menyimak Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo“.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ memiliki kelayakan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?
b. Apakah penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat memotivasi belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?
c. Apakah penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk menilai kelayakannya sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
b. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk memotivasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
c. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

1.4. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat :
a. Bagi guru
(1) Untuk dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam penerapan strategi pembelajaran yang efektif khususnya dalam pokok bahasan menyimak berita televisi
(2) Sebagai latihan praktik langsung melalukan penelitian tindakan kelas.
(3) Sebagai sarana untuk menghasilkan karya tulis ilmiah.
b. Bagi Siswa
(1) Untuk meningkatkan perhatian, aktivitas, dan prestasi pembelajaran
(2) Agar pembelajaran menarik, menyenangkan, dan mudah dipahami
c. Bagi Pendidikan dan Pembelajaran
Untuk dapat menyempurnakan strategi pembelajaran sehingga semakin efektif penerapannya.

1.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan semua uraian di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“, siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo menilainya layak sebagai media pembelajaran.
2. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat memotivasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
3. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.


BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Media Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang kompleks pada semua orang dan terjadi seumur hidup yaitu sejak masih bayi hingga mati. Tanda-tanda terjadinya pembelajaran bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi lebih tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat masyarakat serta budaya berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang memerlukan pendidikan. Mau tidak mau harus diakui guru bukanlah satu-satunya sumber belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa, petugas perpustakaan, kepala sekolah, tutor, tokoh masyarakat, atau orang-orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu di masyarakat juga dapat dijadikan sumber belajar.
Menurut Arief S. Sadiman (2006) sumber belajar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. jenis orang (people)
b. pesan atau informasi (message),
c. jenis bahan (materials), ke dalam jenis ini sering disebut perangkat lunas (software) yang di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan
dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, misalnya : modul, majalah, OHP,
compact disk (CD) program atau data.
d. Alat (device) atau hardware yang menyajikan pesan, misalnya :projector film, video, TV, Komputer, dan lain-lain.
e. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan untuk menggunakan alat, bahan, atau orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya-jawab, dan sejenisnya.
f. Lingkungan (setting), yaitu tempat yang memungkinkan siswa belajar. Misalnya : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, museum, taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan sejenisnya.
Sementara itu media teknologi mutakhir, terdiri dari :
a. Media berbasis telekomunikasi, misalnya : teleconfrence, kuliah jarak jauh, dsb.
b. Media berbasis mikroprosesor, misalnya : game komputer, hypermedia, CD / DVD, Computer Assisted Instructional, hypertxet, dsb.
Adapun menurut Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa belajar. Sementara itu Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) Alat bantu yang dipakai adalat alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang tujuannya dapat memberikan pengalaman konket, meningkatkan motivasi belajar, mempertinggi daya serap, dan retensi belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran, keguaan media pembelajaran adalah :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya :
a. objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model;
b. objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar;
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal;
e. Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain;
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :
a. menimbulkan kegairahan belajar;
b. memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan;
c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Sifat unik tiap siswa, lingkungan dan pengalaman yang berbeda, kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuannya dalam :
a. memberikan perangsang yang sama;
b. mempersamakan pengalaman;
c. menimbulkan persepsi yang sama.

2.2 Media Presentasi Pembelajaran
Perkembangan teknologi komputer dan informasi (ICT) juga semakin mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Thomson (Elida dan Nugroho, 2003) komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi pembelajaran. Para siswa akan menikmati kerja komputer ini dan komputer memberikan tantangan di samping komputer menampilkan perpaduan antarteks, gambar, animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun bergantian.
Sementara ini Bower dan Hilgard berpendapat bahwa komputer bermanfaat besar dibandingkan dengan teknologi pendidikan lainnya karena mampu memberikan presentasi materi yang sangat fleksibel bagi pembelajar dan dapat mengikuti kemajuan sejumlah pembelajar dalam waktu yang sama.
Selanjutnya, menurut Woolfolk ada 9 keuntungan menggunakan komputer dalam pembelajaran, yaitu :
a. siswa dapat menyesuaikan dengan kecepatan belajarnya,
b. dapat melatih dengan sabar,
c. dapat dipakai untuk belajar sendiri,
d. dapat disajikan berbagai macam penginderaan,
e. dapat melakukan simulasi,
f. dapat dikembangkan pemecahan masalah,
g. dapat memberikan pujian untuk memperkuat perilaku,
h. dapat membantu manajemen kelas dan sekolah
Menurut Luther (Sutopo, 2003:32) ada 6 tahap dalam pengembangan media pembelajaran berbasis komputer, yaitu:
a. Tahap pertama konsep (concept), yaitu mengidentifikasikan tujuan, kebutuhan belajar, atau hal-hal lain yang perlu diungkapkan.
b. Tahap kedua analisis karakteristik siswa, yaitu disesuaikan dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa.
c. Tahap ketiga merencanakan dan menyusun software. Dalam hal ini ada 3 ketrampilan yang harus dimiliki pengembang sofware yaitu menguasai bidang studi materi yang akan dibahas, menguasai prosedur pengembangan media, dan menguasai program komputer.
d. Tahap keempat desain (design), yaitu yaitu tahap merancang produk secara rinci agar memudahkan tahap-tahap pembuatan produk selanjutnya.
e. Tahap kelima pengumpulan bahan (material collecting), yaitu mengoleksi bahan-bahan pendukung untuk memperkaya isi produk media tersebut,
f. Tahap keenam pembuatan (assembly), yaitu menyusun naskah materi pada setiap frame sehingga menjadi sebuah produk media yang sudah jadi.
g. Tahap ketujuh uji coba (testing), yaitu melakukan uji coba produk yang akan digunakan secara luas karena itu perlu validasi kelayakannya. Ada dua kriteria dalam ujicoba produk media pembelajaran, yaitu :
(1) kriteria pembelajaran, yang mencakup apakah sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, sesuai dengan materinya, dan sebagainya. Jika tidak perlu dilakukan revisi.
(2) Kriteria presentasi, yaitu apakah validasi terkait dengan tampilannya di layar, kelancaran navigasi, kemudahan penggunaan, dan interaksi / komunikabilitas.
h. Tahap distribusi (distribution), yaitu tahap menyebarluaskan produk pembelajaran dan menjelaskan tujuan produk media pembelajaran tersebut.

2.3 Motivasi Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2001, 27-28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri seorang siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Macam-macam motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dalam diri seseorang yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1988). Dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar, motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis dan juga mungkin komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Prayitno (1989) menyatakan bahwa betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau materi yang akan diajarkan dan lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajar, maka belajar tidak akan berlangsung secara optimal. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana seseorang melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dengan demikian, makin banyak dan tepat motivasi belajar yang didapat siswa, maka aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa akan semakin tinggi sehingga pembelajaran siswa menjadi semakin berhasil.
Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi tinggi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

2.4 Pembelajaran Menyimak
Secara garus besar ketrampilan berbahasa manusia dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan penelitian Donald E. Bird aktivitas hidup manusia didominasi aktivitas menyimak (42%), sementara aktivitas berbicara (25%), aktivitas membaca (15%), aktivitas (18%). Realitas tersebut hampir sama keadaanya dengan di Indonesia (Tarigan, 1990:48). Karena itulah, kurikulum 2004 dan 2006 menitikberatkan pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia pada empat ketrampilan berbahasa tersebut.
Menurut Henry Guntur Tarigan, ada beberapa teknik pembelajaran menyimak, yaitu : (a) dengar-ulang ucap, (b) dengar tulis (dikte), (c) dengar kerjakan, (d) dengar terka, (e) memperluas kalimat, (f) menemukan benda, (g) seseorang bilang, (h) bisik berantai, (i) menyelesaikan cerita, (j) identifikasi kata kunci, (k) identifikasi kalimat topik, (l) menyingkat / merangkum, (m) parafrase, dan (n) menjawab pertanyaan.
Dalam menyimak, ada empat ketrampilan khusus yang dituntut, yaitu :
a. penyimak harus melibatkan diri secara total.
b. penyimak harus menguasai seni mencatat dengan tepat
c. penyimak harus mencari dan menganalisis sarana penunjang
d. penyimak harus mencari pola organisasi dan struktur keseluruhan (Tarigan, 1994 : 87-89).


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti suatu daur (siklus) yang di dalamnya terdapat kegiatan merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, dan melaksanakan refleksi pada seluruh tindakan sebelumnya.
Pendekatan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang diterapakan dalam metode PTK. Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti bertugas mengobservasi, mencatat, dan merekam segala aktivitas dan siswa dalam proses pembelajaran.

3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di MAN Sidoarjo dengan alamat Jl. Jenggolo (Belakang Stadion) No. 2 Sidoarjo. Waktu penelitian telah dilakukan sejak 14 – 26 Mei 2007. Pengambilan data dilakukan selama 2 siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri atas sekali tatap muka. Untuk validasi instrumen penelitian diperlukan sekali tatap muka pada kelas X-1.

3.3. Subjek Penelitian dan Pembatasan Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa MAN Sidoarjo kelas X. Jumlah kelas X ada 10 kelas. Setiap kelas terdiri atas 45-47 siswa. Komposisi kecerdasan siswa tiap kelas relatif sama, karena belum dibedakan berdasarkan prestasi mereka. Karena itu peneliti mengambilnya secara acak dari kelas X, yaitu hanya kelas X-2, dan X-4.

3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus memiliki 4 tahap, yaitu : (1). Perencanaan tindakan (planning); (2). Pelaksanaan Tindakan (action); (3). Observasi (observation); dan (4). Refleksi (reflection).

3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar Pengamatan untuk Siswa dan Guru
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran hingga evaluasi. Aspek-aspek yang dinilai adalah aktivitas keterlibatan siswa hingga evaluasi.
2. Tes Tanggapan Siswa Terhadap Media
Tes tanggapan siswa terhadap media pembelajaran ini digunakan untuk meneliti seberapa tinggi kelayakan MPP “SM“ sebagai media pembelajaran. Dalam hal ini digunakan skala Likert.
3. Tes Motivasi Siswa
Tes motivasi siswa ini digunakan untuk meneliti siswa terkait dengan motivasi dan perhatian siswa terhapap proses pembelajaran. Dalam hal ini pun digunakan skala Likert.
4. Tes Kemampuan Menyimak
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak, siswa diberikan evaluasi terhadap kemampuan mereka dalam menulis ide-ide pokok dari wacana berita televisi yang telah disimak.

3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan meliputi kegiatan klasifikasi data, penyajian data, dan penilaian keberhasilan tindakan. Kegiatan klasifikasi ini meliputi memilah-milah data yang telah dikelompokkan sesuai dengan jenis datanya.
Data yang diperoleh dari pengamatan dan angket dilakukan analisis deskriptif melalui : 1) reduksi data, 2) pemaparan data, dan 3) penyimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan dan konseptualisasi melalui seleksi, pemfokusan, dan abstraksi data mentah sehingga menjadi informasi yang bermakna. Paparan data dilakukan dengan penyajian data dalam bentuk paparan naratif maupun statistik. Adapun penyimpulan adalah proses mengambil intisari dalam bentuk pernyataan kalimat.
1. Analisis Kelayakan Media
Evaluasi kelayakan media perlu dilakukan terhadap MPP “SM”. Hal ini karena media pembelajaran tersebut baru dibuat peneliti, karena itu perlu diujicobakan sekaligus diuji kelayakannya. Kriteria kelayakan MPP “SM” dinilai pada aspek : kesesuaiannya dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, dengan materinya, tampilannya di layar, kelancaran navigasi, kemudahan penggunaan, dan interaksi komunikabilitas.
Untuk mengetahui skor kelayakan media ini dilakukan dengan cara
a. mengangkakan (kuantifikasi) tanggapan siswa dengan cara :
• pilihan jawaban a (sangat setuju) dinilai skor 5
• pilihan jawaban b (setuju) dinilai skor 4
• pilihan jawaban c (tidak tahu / netral) dinilai skor 3
• pilihan jawaban d (tidak setuju) dinilai angka 2
• pilihan jawaban e (sangat tidak setuju) dinilai angka 1

b. menghitung tingkat kelayakan media pembelajaran
Tingkat kelayakan media pembelajaran dihitung dengan rumus berikut :
Rata-rata skor = Jumlah skor kelayakan / Jumlah siswa
Adapun kriteria tingkat kelayakan media ditentukan sebagai berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar