Mengajar dengan Permainan
Oleh Suyatno
Tiap manusia berkembang dalam hidupnya sebagian besar dipengarui oleh kegiatan bermain. Sampai-sampai, banyak orang yang tergila-gila dengan permainan. Lihat saja, setiap pertandingan permainan sepak bola, voley, balap karung, atau permainan apa saja selalu banyak yang menonton. Hal itu membuktikan kalau permainan memang digemari oleh banyak orang.
Nah, tentunya, akan memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan kejiwaan, kecerdasan, keterampilan, dan kesantunan anak, apabila guru mengajar di kelas melalui permainan. Dalam permainan, tidak hanya inti pelajaran saja yang dikembangkan, aspek kesantunan, kompetisi, kecepatan, dan keterampilan dapat diraih sekaligus. Pembelajaran melalui bermain akan membantu anak mengurangi stres, dan mengembangkan rasa humornya.
Bagi guru, permainan merupakan kendaraan untuk belajar bagaimana belajar (learning how to learn) untuk kepentingan siswa. Lewat permainan, siswa bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial, dan secara umum memperkuat seluruh aspek kehidupan anak sehingga membuat anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Guru harus teramat paham bahwa permainan merupakan proses dinamis yang tidak menghambat siswa dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajarnya. Andaikata ada guru yang menolak terhadap aktivitas bermain siswa, justru dia menghambat kemampuan kreativitas siswa untuk mengenal dirinya sendiri sendiri serta lingkungan hidupnya. Hanya saja, proses pembelajaran melalui permainan perlu diarahkan sesuai dengan kebutuhannya.
Siswa yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarakan untuk terlalu sibuk dengan "solitary play". Sebaliknya mereka sebaiknya diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok (social game). Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan berbagai jenis permainan yang lebih terarah pada pemusatan perhatian seperti mengkonstruksi suatu benda tertentu. Siswa yang kurang mampu untuk mengekspresikan diri secara verbal dapat dibina untuk mengembangkan bakat kreatifnya melalui media misalnya menggambar.
Bermain merupakan hal yang paling disukai siswa. Bagi mereka, bermain adalah tugasnya. Melalui bermain, banyak yang dipelajari siswa. Mulai dari belajar bersosialisasi, menahan emosi, atau belajar hal lain, yang semuanya diperoleh secara integrasi. Ingatlah bahwa (1) Anak belajar melalui berbuat/learning by doing Dengan diberi kesempatan untuk selalu mencoba hal-hal baru, bereksplorasi, siswa akan banyak memperoleh pengalaman baru, dan inilah yang disebut proses belajar yang sebenarnya. Percobaan IPA, field trip , dramatic play , dan membuat bangunan dengan balok-balok, merupakan hal yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan beberapa area perkembangannya. (2) Anak belajar melalui panca indera. Siswa belajar melalui penglihatan, rasa, penciuman, perabaan, dan pendengaran. Semua panca indera ini merupakan jalur penerimaan informasi ke otak. Semakin banyak panca indera dilibatkan, semakin banyak informasi yang diterima, dan disinilah proses belajar terjadi. (3) Anak belajar melalui bahasa. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan perasaan, pengalaman yang diperoleh, atau pikirannya. Guru dapat memicu perkembangan bahasa anak dengan memperlihatkan beraneka ragam tulisan di kelas. Misalnya, tulisan untuk setiap benda-benda yang ada, dan tanya jawab tentang apa saja. Dengan melakukan ini semua, siswa dapat mengembangkan kosa kata dan kemampuan berbahasa secara tidak langsung. (4)Anak belajar dengan bergerak.Usia siswa merupakan usia yang memiliki keterbatasan dalam berkonsentrasi. Semakin lama anak duduk dan diam, semakin bosan dan tidak tertarik terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa perlu dimotivasi dengan menggerakkan seluruh bagian tubuh, seperti tangan, kaki, badan, dan kepala.
Namun guru juga selayaknya membimbing anak dalam mengekspresikan imajinasi serta fantasinya ke dalam bentuk gambaran yang konkret dan tidak membiarkan siswa berfantasi tanpa arah yang jelas karena dapat mengakibatkan konfabulasi dalam proses berpikir anak.
Guru juga harus tahu bahwa kemampuan mengingat siswa adakalanya terbatas karena perhatian siswa yang kurang terhadap hal-hal tertentu. Kondisi seperti ini dapat diperbaiki dengan menggunakan pola asosiatif misalnya dengan menggunakan warna-warna tertentu pada hal-hal tertentu sehingga siswa dapat dengan mudah mengingat hal tersebut jika ia mengenal warnanya. Bentuk-bentuk tertentu dari yang mulai sederhana sampai yang lebih kompleks juga dapat diberikan pada anak untuk mengingat hal-hal tertentu. Misalnya mengingat bentuk huruf R dengan menyertai gambar Rumah.
Banyak guru yang menggunakan permainan dalam pembelajaran sering terjebak hanya bermain semata. Ingat, bermain tidak sekadar bermain-main. Bermain tidak sekadar untuk memproduksi tawa dan tidak hanya senang-senang. Lebih jauh dari itu, bermain memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui proses pembelajaran di kelas dengan permainan, seorang siswa belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat menimbulkan frustrasi. Sebaliknya, kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau mengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan siswa mengalamai frustrasi.
Janganlah siswa dibiarkan bermain sendiri tanpa pendamping karena bisa jadi permainan itu tidak mengarah pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru perlu mendampingi dan memfasilitasi permainan pembelajaran. Dengan mendampingi siswa pada saat bermain, guru dapat melatih siswa untuk belajar bersabar, mengendalikan diri, dan tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi siswa mengarahkan siswa untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari.
Lalu, apa sih fungsi bermain bagi siswa? Fungsi bermain bagi siswa adalah inti dari belajar. Melalui bermain siswa mengembangkan dan berlatih keterampilan, belajar memahami bagaimana kerja segala hal yang ada di dunia ini, membanguan pemahaman dan pengetahuan. Dengan bermain, anak berinteraksi sesuai caranya sendiri seperti penjelajahan, melakukan pilihan dan berbuat salah, mengalami sebab akibat dan have fun.
Berikut ini beberapa fungsi permainan pembelajaran bagi siswa.
Secara fisik, permainan dalam pembelajaran memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Permaian seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik.
Secara sosial, siswa juga belajar berinteraksi dengan sesamanya, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam bermain anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya.
Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari.
Guru juga turut serta dalam permainan yang dijalankan siswa. Dengan begitu, siswa akan merasakan kesetaraan sehingga inti pelajaran dapat diserap siswa dengan baik pula. Caranya, guru perlu Bertindak spontan. Ikuti yang dimainkan siswanya. Nikmati permainannya. Biarkan mereka memimpin. Bantu bila mereka memerlukan. Tantang bila mereka sudah siap.
Bagi guru, bermain mungkin tidak terlihat seperti belajar. Bermain balok terlihat seperti hanya menyusun dan menghancurkannya kembali. Bermain air hanya membuat berantakan, menuang air dan menumpahkannya kembali. Main cilukba sangat membosankan untuk orang dewasa. Tapi bagi siswa, bermain balok adalah latihan motorik halus. Mereka melatih jari-jari mereka untuk memegang balok tersebut, mengangkatnya dan membuatnya seimbang berdiri di atas balok yang lain. Hal ini merupakan hal yang tidak mudah bagi siswa.
Menurut Piaget, anak memiliki empat tahap dalam bermain, yaitu sensorimotor (muncul sebelum perkembangan bahasa dimulai), praoperasional (sebelum usia 2-7 tahun), operasi konkret (usia antara 7-12 tahun), operasi formal (terjadi pada usia di atas 12 tahun). Selanjutnya dalam perkembangan anak mulai dari usia paling muda, mereka memulai bermain dengan sebelas cara.
1. Sensorimotor:
bermain dengan penginderaan dan anggota badan.
2. Bermain fungsional:
bermain dengan menggunakan anggota tubuhnya.
3. Bermain pengamatan:
anak tidak bermain ia hanya mengamati. Dengan melihat anak lain bermain, ia sudah puas.
4. Bermain pasif,
mereka melakukan kegiatan tanpa gerakan aktif. Contohnya menonton acara TV, mendengarkan musik dan sebagainya.
5. Bermain aktif:
anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya.
6. Bermain soliter:
bermain sendiri tanpa membutuhkan teman.
7. Bermain pararel:
bermain berdekatan dengan anak yang lain, namun tidak ada interaksi anatara keduanya (anak bermain berdampingan).
8. Bermain sosial:
bermain bersama teman dengan interaksi dan sosialisasi (anak bermain berhadapan).
9. Bermain kooperatif:
Siswa berkelompok untuk bermain bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing.
10. Bermain peran:
Untuk topik tertentu, siswa bermain dengan memerankan berbagai profesi, atau benda. Pada poin ini terjadi metakomunikasi, anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam menggambarkan situasi yang sebenarnya.
11. Bermain simbolik:
SImbolkan berbagai topik agar siswa bermain dengan simbol berupa berbagai pesan.
Berikut ini berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah:
Puzzle
Permainan puzzle merupakan permainan melalui potongan gambar, kata, situasi, dan warna yang membutuhkan cara memecahkan masalah secara coba-salah, merupakan salah satu permainan yang terbukti dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan tersebut. Contoh puzzle peta, hewan, rumus, dan sebagainya.
Bermain peran
Bemain peran membantu meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah melalui berbagai cara yang bebas dilakukan dalam permainan tersebut. Contoh bermain peran tokoh proklamasi, peran siklus kehidupan, perangkat desa, dan seterusnya.
Balok atau lego
Tidak terlalu berbeda dengan puzzle , bermain balok atau lego meningkatkan kreativitas siswa untuk memecahkan masalah ketika ia berupaya membangun sesuatu menggunakan mainan tersebut.
Games
Berbagai games seperti bermain kartu, gambar, benda alam, dan domino atau monopoli merupakan permainan yang mengajarkan siswa strategi memecahkan masalah ketika bermain untuk memenangkan permainan. Tentu saja siswa perlu waktu menguasai permainan jenis ini sebelum ia benar-benar mahir berstrategi.
Siswa dikatakan bermain jika memenuhi kriteria self chosen dan self directed. Siswa yang kompeten dan berpengalaman dalam bermain akan menjadi pelajar yang kreatif, pede, dan memiliki motivasi diri. Yang utama, bermain adalah kerja bagi siswa. Itulah kunci yang harus dipegang guru.
Dengan bermain anak tidak hanya menyerap informasi tapi mereka juga bekerja dengan informasi tersebut, bagaimana aplikasinya dan terus melakukan percobaan berulang-ulang sampai informasi tersebut dimengerti anak.
Ketika bermain, fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, memperkuat dan mengembangkan otot dan kordinasinya melalui gerak, melatih motorik halusnya (memungut benda-benda kecil, biji-bijian, potongan kertas kecil dan sebagainya). Begitu juga dengan motorik kasar dan keseimbangan, misalnya koprol, memanjat, berlari, jalan dan lain-lain.
Di dalam kegiatan bermain anak juga mengembangkan keterampilan emosinya, rasa
percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif.
Bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain merupakan tahapan yang sangat menonjol. Anak belajar melihat dari sisi orang lain (empati). Misalnya anak bermasalah ketika dibawa ke dokter, orangtua dapat bermain pura-pura untuk mengatasi rasa ketakutan anak.
Dalam bermain anak mendapatkan penemuan intelektual. Misal, anak bermain mengisi dan mengosongkan botol, anak belajar volume, dan lain-lain. Kelebihan lain yang didapat anak dalam bermain adalah berkembangnya multiple intelegen (kecerdasan jamak).
Berikut ini, beberapa hal yang perlu diketahui guru dalam aktivitas bermain agar siswa dapat bermain.
1. Siswa perlu ekstra energi. Anak yang sakit, kecil keinginannya untuk bermain.
2. Siswa harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
3. Untuk bermain, siswa perlu alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya.
4. Perlu ruangan untuk bermain, tidak usah terlalu lebar dan tak perlu ruangan khusus. Siswa dapat bermain di ruang kelas, halaman, bahkan di ruang sempit pun.
5. Perlu pengetahuan cara bermain. Siswa belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena siswa tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan siswa akan mendapat keuntungan lain lebih banyak.
6. Perlu teman bermain. Anak Jika siswa bermain sendiri, ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya, kalau terlalu banyak bermain dengan yang lain, hal itu dapat mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bermain adalah sarana melatih
keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk menjadi individual yang kompeten. Bermain adalah pengalaman multidimensi yang melibatkan semua indera dan menggugah kecerdasan jamak seseorang. Selain itu bermain memberikan situasi aman, bebas ancaman bagi siswa sehingga berani menjelajahi dan mulai memahami dunia secara mantap.
Dengan demikian, sudah menjadi keharusan dalam mengajar, permainan dijadikan media pembelajaran. Guru perlu memotivasi diri untuk semakin menyukai beragam permainan Bila kegiatan bermain dilakukan bersama gurunya, Bukankah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, kini telah mengubah gaya hidup dan pola pikir siswa. Cara belajar siswa zaman sekarang pun lebih suka yang fun learning dan interaktif. Siswa selalu tertarik akan hal-hal baru, antusias untuk mencoba, dan mereka belajar sesuai dengan cara belajar mereka masing-masing. Begitu pula, guru juga harus mulai tertarik dengan permainan.
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di 06:53:00
Mengajar dengan Bola
Oleh Suyatno
Apapun dapat digunakan menjadi media pembelajaran asalkan memenuhi persyaratan berupa, menantang, menarik, aman, praktis, dan mampu membawa realisasi kompetensi yang diharapkan. Begitu pula, bola dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang mampu mengajak siswa ke tingkat keterlibatan yang paling bagus. Bola mempunyai daya tarik sendiri bagi siswa karena bentuk, warna, dan geraknya.
Berikut penggunaan bola dalam pembelajaran. Untuk pembelajaran IPA terutama berbasis fisika tentang gerak dan gaya, bola dapat digunakan dengan cara bola dilempar dengan tingkat ketinggian yang berbeda-beda, siswa akan dengan cepat mengenali gerak dan gaya bola tersebut. Untuk pembelajaran bahasa, bola dapat diberi tempelan kalimat, kemudian, siswa menyebutkan jenis kalimat tersebut. Untuk pembelajaran IPS, bola dapat ditempeli atau digambari inti kata IPS yang kemudian dapat menjadi titik awal siswa untuk bercerita.
Siapkan bola sesuai dengan jumlah siswa sehingga tamnpak bervariasi kalau dipandang. Kemudian, tempellah bola dengan kalimat, inti kata, gambar, dan apa saja sesuai dengan pembelajarannya. Masuklah ke kelas dengan keranjang bola berwarna-warni yang telah disiapkan tempelannya. Berilah ilustrasi awal sebagai pembuka pembelajaran yang akan mengarah pada permainan bola. Setelah itu, lemparlah bola secara acak ke beberapa anak terlebih dahulu untuk memberikan contoh penggunaan bola. Kalau dirasa siswa cukup mengenali sistem permainan, mulailah bermain dengan memberikan semua bola ke setiap anak secara acak bergantian. Anak yang mendapatkan bola langsung mencatat makna atau isi kata dari bola ke buku tulisnya.
Pada kesempatan pertama, siswa pasti riuh sekali karena sebelumnya tidak pernah bermain seperti itu. Untuk itu, jangan ragu menerapkan andai siswa sangat ramai. Tidak mengapa. Siswa ramai pertanda mereka sangat senang. Yang paling penting, guru harus berkonsentrasi pada pencapaian kompetensi melalui bola tersebut. jangan sampai pembelajaran bergeser pada bermain semata.
Setelah selesai bermain, guru perlu untuk mereviu pembelajaran dengan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang pernah dilakukan. Hal itu digunakan untuk mengecek apakah anak mempunyai nilai tambah setelah bermain bola. Jangan lupa, saat mereviu, guru mempunyai misi untuk menanamkan dan menguatkan konsep pembelajaran sehingga terekam kuat dalam memori siswa.
Terakhir, cobalah dievaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Bandingkan hasilnya dengan hasil pembelajaran sejenis dengan cara ceramah. Pastilah berbeda hasilnya. Dengan bola, nilai anak akan terlihat baik dan meningkat.
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di 15:25:00
Bahasa Tubuh Efektif bagi Guru
Oleh Suyatno
Seringkah ketika Anda mengajar, Anda menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum, tangan mengepal, mengangguk, kaki digoytang-goyangkan, dan sebagainya? Pasti, Guru sering melakukan gerak tubuh seperti itu. Nah, gerak tubuh itu dikatakan juga sebagai bahasa tubuh karena memberikan pesan dan mempengaruhi orang lain yang melihat Anda. Sadarkah Anda?
Keberhasilan mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh keahlian berbicara atau prestasi semata, tapi juga dipengaruhi bahasa tubuh guru. Bahasa tubuh yang tepat bisa menjadi golden ticket Anda menuju kesuksesan karier.
Anda mungkin sering menemui guru yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, namun tak mengalami peningkatan karier yang signifikan. Apa sih, yang salah? Jangan dulu berpikir kepala sekolah pilih kasih. Ia mungkin lebih pintar dari rekan yang lain, tapi bahasa tubuhnya tidak menunjukkan hal itu. Cara mempresentasikan diri dapat menentukan karier Anda.
Menurut para ahli, gerakan nonverbal lebih penting daripada kata-kata verbal. Ketika orang lain meragukan ucapan, dia akan menilai bahasa tubuh Anda. Komunikasi nonverbal dinilai lebih ekspresif, jujur dan akurat daripada komunikasi verbal. Jadi, bagaimana agar bahasa tubuh Anda memesona?
POSISI BERHADAPAN
Kalau Anda hanya berbicara berdua dengan atasan, maka posisi duduk berhadapan adalah sikap yang baik. Namun, kalau Anda memimpin rapat atau berbicara di depan orang banyak, berdiri akan lebih baik daripada duduk. Berbicara sambil berdiri mengesankan Anda lebih berwibawa dan menguasai keadaan. Sedangkan sikap duduk terus-menerus menunjukkan sikap yang defensif dan pribadi yang kurang semangat.
JARAK AMAN
Tiap orang memiliki zona nyamannya sendiri. Ketika berhadapan dengan lawan bicara, jangan mencondongkan badan berlebihan karena akan terkesan agresif. Saat menekankan poin penting, tunjukkan posisi santai, tapi kontak mata tetap terjaga dan gestur tubuh ekspresif. Jangan terlalu bersandar atau terus-menerus melihat ke bawah, karena bisa ditafsirkan siswa bahwa Anda kurang percaya diri.
TERKENDALI
Usahakan menatap setiap siswa dengan penuh perhatian. Tataplah mata mereka satu per satu selama beberapa detik. Jika lawan bicara merasa diperhatikan, secara otomatis mereka akan balik memperhatikan. Kendalikan nada dan cara bicara, jangan terlalu monoton dan datar agar lawan bicara tidak bosan. Tapi jangan pula terlalu berapi-api. Anda bukan sedang berpidato, lho. Siswa juga akan sulit mencerna isi pembelajaran yang Anda sajikan.
Bicaralah dengan santai, jangan terlalu pelan dan halus dan menggunakan terlalu banyak "ah" atau "uh" sehingga rasa gugup jelas terlihat. Hindari kalimat yang tumpang tindih karena menandakan Anda pribadi yang kurang well-organized.
BERI PERHATIAN
Saat Anda sedang dalam posisi mendengarkan, jangan mengetuk-ngetukkan jari, menggaruk-garuk kepala, menggigit kuku atau menatap ke sana kemari. Sikap seperti itu menunjukkan suasana hati yang sedang gelisah atau tegang. Tampilkan kesan Anda sedang menyimak dan memerhatikan perkataannya dengan cara menimpali dan mengatakan "he-eh", mengangguk, mencondongkan tubuh ke arah mereka, tersenyum atau mengikuti emosi lawan bicara, serta melakukan kontak mata.
EKSPRESI WAJAH
Selaraskan ekspresi muka dengan pembicaraan. Tersenyumlah saat mengatakan sesuatu yang lucu dan tetap jaga kontak mata. Pembicaraan pasti akan terjalin lebih hangat. Lawan akan menilai Anda sebagai pribadi yang hangat, terbuka dan jujur.
POSTUR DAN GESTUR
Meski tidak mengatakan apa pun, dari postur dan gestur mereka dapat menilai Anda. Orang yang meletakkan kaki di atas meja atau menyilangkan tangan di belakang kepala menandakan mereka terlalu percaya diri atau superior. Sebaiknya Anda rileks dan jangan kaku.
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan kejujuran dan kredibilitas. Sedangkan menutup mulut dan melipat tangan di depan perut menunjukkan kesan menutup diri dan melindungi diri dari sesuatu yang salah. Gestur yang sebaiknya juga tidak diperlihatkan adalah bertopang dagu dan menguap. Sebab, Anda akan dinilai tidak bersemangat, tidak antusias, dan malas bertindak.
KOSTUM TEPAT
Pakaian yang dikenakan merupakan impresi pertama dari kepribadian seseorang. Busana yang Anda kenakan menandakan sejauh mana Anda melihat dan menghargai diri sendiri. Kenakan pakaian sesuai dengan kesempatan. Jika bertemu klien, pilih pakaian yang mengesankan profesional. Hindari mngenakan pakaian berbahan panas, ukuran yang kedodoran atau terlalu sempit. Sebab, bahasa tubuh Anda akan menunjukkan bahwa Anda sedang merasa tidak nyaman.
Bagaimana, sudah tahu kan, bagaimana berbahasa tubuh yang tepat? (dramu dari kompas.com/diakses 28 Mei 2008)
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di 08:02:00
Mendidik sebagai Tugas Guru untuk Memfasilitasi Sikap Siswanya
Oleh Suyatno
Banyak guru mengeluh setelah mengajar dengan berbagai ucapan yang arahnya memojokkan siswa. Siswa di kelasku nakal-nakal. Siswa di kelasku malas-malas. Lain lagi, di kelasku rata-rata perajuk. Waduh, kelas saya malah malas poll..! Kalau di kelasku, siswanya periang tapi tidak perhatian. Keluhan itu tambah menumpuk seperti gunung. Ujung-ujungnya, guru tidak bersalah dan siswalah yang bersalah.
Oh! Tidak. Siswa memang seperti itu sifat dan sikapnya. Jika tidak seperti itu, dia bukan siswa lagi tetapi orang yang telah keluar dari bangku sekolah. Taget sekolah adalah mengubah sikap anak dari belum bisa menjadi bisa, dari pemalu menjadi pemberani, dari bodoh menjadi pintar, dari berpikir konkret ke berpikir abstrak, dari penguasaan sederhana ke penguasaan kompleks, dari nakal ke santun, dan begitulah seterusnya. Nah, jika siswa tidak dapat berubah seperti perubahan yang diharapkan di atas, berarti guru tidak berhasil dalam mendidik siswa.
Ingat, tugas guru bukan saja mengajar dengan memindahkan ilmu semata melainkan mendidik siswa menjadi manusia yang manusiawi. Untuk itu, guru secara total harus dapat menguasai kondisi faktual kejiwaan siswa. Tiap tingkah laku dan perubahannya perlu dicermati guru sehingga diperoleh ketepatan perlakukan.
Kata orang, setiap siswa membawa sifat masing-masing. Kata-kata ini sepertinya tak terlalu salah. Banyak memang sifat siswa yang sebaiknya diketahui para guru. Dengan begitu, guru juga dapat mencari cara menghadapi siswa mereka. Berikut ini sifat siswa yang perlu diketahui dan difasilitasi siswa.
1. EGOIS
Umumnya, siswa yang egois maunya menang sendiri. Dia tidak mau mendengarkan orang lain dan harus dituruti semua keinginannya. Bila tidak, segala jurus ancaman pun akan ia lontarkan, dari mogok perintah, mogok belajar, mogok perhatian, dan tak mau belajar sampai berteriak-teriak di kelas maupun di luar kelas.
Yang harus dilakukan:
Jangan panik bila menghadapi siswa yang egois. GURU Tidak perlu marah, hadapi dengan lembut dan sabar. Yang terpenting adalah memberikan pengertian dan pengarahan.
2. PERAJUK
Ciri siswa perajuk adalah suka ngambek dan cenderung cengeng. Hampir sama dengan siswa egois, hanya saja siswa perajuk belum tentu keras kepala.
Yang harus dilakukan:
Bila siswa gampang merajuk, cobalah untuk membujuknya. Jangan dengan kekerasan, karena hal itu justru akan berdampak tak baik bagi perkembangan jiwanya. Aapalagi, kekerasan dilarang undang-undang perlindungan anak lho.
3. PEMALAS
Sifat siswa yang pemalas biasanya tidak mau mengerjakan pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya. Ia mengandalkan orang lain untuk mengerjakannya.
Yang harus dilakukan:
Beri siswa pengertian dan contoh. Misalnya, setelah duduk di bangku kelas, tempat duduk harus dirapikan. Ajak ia untuk turut serta melakukan kegiatan tersebut.
4. NAKAL
Sifat nakal atau bandel wajar dimiliki oleh siswa. Biasanya mereka cenderung aktif, usil dan tak takut bahaya. Selain itu, siswa umumnya juga punya banyak akal.
Yang harus dilakukan:
Jangan bosan menasihati dan membimbingnya. Arahkan anak agar menjadi anak yang baik dan sopan. Yang penting, jangan dimarahi.
5. PENDENDAM
Ciri siswa pendendam adalah "hobi" menyimpan rasa sakit hati dan berusaha membalasnya di kemudian hari.
Yang harus dilakukan:
Jangan biarkan sifat pendendam bersarang dalam diri siswa. Pasalnya, sifat ini bisa merusak mental mereka. Berikan pengertian pada siswa bahwa "sifat mendendam" itu tidak baik. Selain dilarang agama, nantinya juga akan membuat mereka dijauhi oleh teman-teman mereka.
6. PEMBERONTAK
Umumnya, siswa yang memiliki sifat pemberontak susah diatur, kemauannya besar, dan merasa dirinya selalu benar. Yang lebih sering terjadi, mereka tidak peduli dengan omongan orang lain.
Yang harus dilakukan:
Pendekatan diri adalah jalan terbaik menghadapi anak pemberontak atau suka membangkang. Sebagai orang tua, Anda harus pandai meredam emosi. Berbicaralah dari hati ke hati.
7. PEMALU
Menutup diri, tak banyak bicara, itulah sebagian ciri dari anak pemalu. Selain itu, anak pemalu juga terkesan kuper alias kurang pergaulan.
Yang harus dilakukan:
Mengikutsertakannya dalam kegiatan sekolah, seperti tari, karate ataupun vokal grup. Degan begitu, mereka akan terbiasa berhadapan dengan orang banyak.
8. PERIANG
Umumnya, siswa periang memiliki banyak teman, karena kepribadian mereka yang hangat. Mereka jrang sekali murung dan selalu bergembira.
Yang harus dilakukan:
Anda perlu mengingatkan siswa agar dapat menempatkan diri kapan harus gembira dan kapan turut merasakan duka orang lain.(diramu dari www.kompas.com/kolom perempuan/beranda/diakses 24 Mei 2008)
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di 06:53:00
Alamat : Jalur F Kampung Dwimulyo Kecamatan Penawartama Kecamatan Penawartama Kabupaten Tulang Bawang Prov. Lampung KP 34595
Entri Populer
-
GURUKU Oleh : Sutrisno,S.Pd. Semakin berkembang dunia yang didukung oleh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sangat berpengaruh pula ...
-
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelaj...
-
ALAMAT : KAMPUNG DWIMULYO KECAMATAN : PENAWARTAMA KABUPATEN : TULANG BAWANG PROVINSI : LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATA...
-
Mengajar dengan Permainan Oleh Suyatno Tiap manusia berkembang dalam hidupnya sebagian besar dipengarui oleh kegiatan bermain. Sampai-sam...
-
SURO TANGGAL LEPAS... LAMA TERHEMPAS TANGGAL BARU... TAHUN PUN PULA... TAHUN MENYULIH DENGAN BULAN PERTANDA SURA PERTAMA BERKASIAT ...
-
2.3. Pengembangan diri 2.3.1. Meliputi beragam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa, yang terdiri atas: a. Kewir...
Minggu, 22 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar