Entri Populer

Minggu, 22 Mei 2011

PUISIKU

SURO
TANGGAL LEPAS...
LAMA TERHEMPAS
TANGGAL BARU...
TAHUN PUN PULA...

TAHUN MENYULIH
DENGAN BULAN PERTANDA
SURA PERTAMA BERKASIAT
MENDUNG KEDAMAIAN
DENGAN GELEGAR KEIMANAN...
MEMBUKTI

SURO...
TANGGAL SATU...
KELUAR TAKIR MENYINGKIR
MARA LELARA...
...BERKAH KESELAMATAN
HADIR DI TIRAKATAN...

SELASA, 30 JUNI 1992
TEBASAN KESENJANGAN
Semula senyap tanah ini
Semua sepi ketika datang
Kami ingin sobat katamu
Kami butuh tempat katanya
Hingga menyatu perlahan
Pinta tali rasa manali hati
Mewindu berjajar tiada rasa

Ketika terbit satu-satu selera hati
Tiada duli turut anuti
Melukis garis kesenjangan
Mereka penjajah kabar darimu
Kamu menyuku bantahnya terkabar
Sungguh apa maunya

Hati itu telah melebur
Mengapa hendak dicerai
Ini bumu milik bapak persada
Satu darah kita ibu pertiwi
Tebaslah kesenjangan itu

Sidomulyo, 12 Juni 1993


JEJAK (By Sutrisno)
Menyimbang diri kedasar jurang
Menapakkan tapak di terjalan batu
Dan tiba dipadang kedamaian
Tak jua ada suarga loka
Jauh dari lelungit senja
Akhirnya …
Kuikuti terbang kembang ilalang
Terbang berliku terbawa angin
Kuikuti ….
Terus, hingga ia berpijak mandiri
Hidup bersanding Rosaria

LARON PERTAMA (By Sutrisno)
Sekian mega sulih menyulih
Bukan lancing yang memedih
Namun nyata debu dan asap

Berubah tanda-tanda kemakmuran
Pundung rayap membongkar diri
Berkelumpah bongkahan laron
Setelah kemarau menahannya diam
Abadi ………?
Satu terlewat satu pula teramat
Keedukaan menimpaku sobat
Bukan miskin budi melarat
Bukan tamak kurang nikmat
Namun secuil paku
Tertancap dikaki


PERTENTANGAN

Bila muka semuka layu
Katub bibir tak menyengih lagi
Rasa hati terpalu sentilan kata
Maka hati bak senawat tajam

Hati cemas, lemas
Jiwa gundah, sengguk tak punya
Tak tahu apa salah, benarnya

Relung hati inginnya suci
Tapi mata hidup gangsang berpedoman
Gansal berdiri mereka-reka
Satu semuka seluang emas
Dua bak bisa senggulung biru

Tiada senak hidup bercengkerama
Hanya satu ….. Tuhan hakiki
Pembuatku ….. dan pembuatmu
Akhir aku. Berkeputusan

Sidomulyo, 17 Desember 1992

DOAKU
Tuhan Mahapengampun
Bila raga jiwa bersarang dosa
Maka hati terukir doa
Meminta …… tengadah pada-Nya
Leburlah sarang kami yang nista
Gantilah doa pahala

Ya Allah yang kusembah
Teguhkanlah jiwaku disatu pegangan pasti
Keyakinan, tanpa goyah
Kecualipun tidak
Pilihanku, ya Allah tetapkanlah
Biarku tak beralih-alih
Bak air bergoyang riang,
Dicekungan talas untuk alas

Ya Allah, aku berdoa
Aku yakin Engkau mahapengasih lagi mahapenyayang

Sidomulyo, Kamis….Agustus 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar